Human vs Artificial Intelligence



Tulisan kali ini, mencoba untuk mebuktikan antara dua pernyataan; apakah struktur manusia yang mengikuti robot; ataukah struktur robot yang mengikuti manusia. Dalam menjelaskan hal tersebut, penulis akan membagi tulisan ini menjadi empat bagian. Pertama, apakah ada mesin yang lebih cerdas dari manusia. Kedua, apakah mungkin manusia membuat mesin yang cerdas. Ketiga, penulis akan membuktikan apakah benar bahwa tidak ada mesin yang bekerja tanpa supervisi manusia. Terakhir, penutup dan kesimpulan. Yuk kita simak...

Machine is Smarter Than Human

Menurut John McCarthy, 1956, Artificial Intelligence (AI) adalah “Untuk mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia.” Melihat dari pengertian tersebut, jika mesin didesain dengan model berpikir manusia, mesin yang memiliki tujuan awal untuk melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia, besar kemungkinan mesin akan memiliki hasil pekerjaan yang lebih baik dari manusia. Melihat sifat dasar manusia yang selalu ingin belajar dari kesalahan.
Cerdas adalah memiliki pengetahuan dan pengalaman, penalaran yaitu bagaimana membuat keputusan dan mengambil tindakan, serta moral yang baik. Agar mesin bisa cerdas atau bertindak seperti dan sebaik manusia, maka harus diberi bekal pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk menalar. Dua bagian utama yg dibutuhkan untuk aplikasi kecerdasan buatan adalah ; a. Basis pengetahuan (knowledge base): berisi fakta-fakta, teori, pemikiran dan hubungan antara satu dengan lainnya; b. Motor inferensi (inference engine) : kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengetahuan.
Siri merupakan awal dari perkembangan AI di dunia. Menurut Frederic Brown, masih banyak AI diluar sana yang masih dikembangkan dengan kemampuan melebihi aplikasi Siri, contoh dari aplikasi tersebut adalah dimana sebuah kamera dapat mengambil foto dari seseorang pejalan kaki lalu melakukan pengecekan dengan passport atau identitas lain yang berada di internet, lalu dimana ada sebuah mobil yang menggunakan autonom yang dapat membuat mobil tersebut dapat berjalan dengan sendirinya dengan sensor. Salah satu contoh kecerdasan AI mengalahkan manusia adalah  IBM’s Deep Blue, yang dapat mengalahkan seorang juara catur yang berkuasa pada tahun 1997, Garry Kasparov dalam sebuah pertandingan enam game.

Human Creates Smart Machine

Menurutnya, kecerdasan buatan (AI) didasarkan pada wawasan yang berasal dari cara hewan dan manusia belajar serta menganalisis rangkaian otak yang mendasarinya yang memungkinkan para teoretikus untuk mengembangkan algoritma pembelajaran yang dibantu oleh perangkat lunak. Pemrosesan gambar, pengidentifikasi interface atau meningkatkan skor permainan video, parameter internal program (yang disebut bobot sinaptik) disesuaikan dengan cermat. Pembelajaran mesin semacam itu, jika dilakukan triliunan putaran mesin dapat menyebabkan sistem yang cocok, atau dalam beberapa kasus, melebihi metrik kinerja manusia. Dan tentu saja, algoritma tidak pernah terganggu atau lelah dan tetap fokus, siang dan malam.
            Contoh sederhananya pada barang yang lebih sering dipakai adalah Home Automation, seperti, Mesin Cuci yang dapat melakukan beberapa fungsi sekaligus, lalu Setrika listrik yang akan mengurangi daya panasnya jika sudah terlalu panas, dan Air Conditioner yang dapat menyesuaikan dengan suhu yang berada pada ruangan tertentu, jika terlalu panas AC akan mengurangi suhu, kalau terlalu dingin AC akan menaiki suhu yang dikeluarkan, dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh dimana mesin menggantikan peran aktifitas manusia yang biasa dikerjakan berulang-ulang.

No Machine Works with No Supervision from Human


Dalam buku Superintelligence: Paths, Dangers, Strategies deals with the aftermath of that event. Buku karangan Nick Bostrom, professor of philosophy at the University of Oxford menjelaskan bahwa “Tidak ada prinsip yang bisa membedakan kemunculan AI yang lebih cerdas daripada rata-rata manusia zaman dulu atau bahkan manusia yang masih  hidup.” Menurutnya ketika mesin ultraintelligent dapat melampaui semua aktivitas manusia ataupun tingkat kepandaian manusia, itu bukan lah menjadi suatu masalah atau pun hal yang harus ditakutkan selama mesin tersebut masih dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri.

Conclusion

Dari paparan diatas penulis menyimpulkan beberapa asumsi: 1) bahwa jika mesin didesain dengan model berpikir manusia, mesin yang memiliki tujuan awal untuk melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia, besar kemungkinan mesin akan memiliki hasil pekerjaan yang lebih baik dari manusia. Melihat sifat dasar manusia yang selalu ingin belajar dari kesalahan; 2) mesin bisa saja menjadi lebih pandai daripada manusia, yaitu ketika mesin ultraintelligent dapat melampaui semua aktivitas manusia ataupun tingkat kepandaian manusia. Namun, itu bukanlah menjadi suatu masalah ataupun hal yang harus ditakutkan selama mesin tersebut masih dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa penyataan yang lebih dibenarkan adalah struktur robot mengikuti manusia.

Referensi :
-          Desi, Maharani. Perbandingan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Learning Vector Quantization pada Pengenalan Wajah. https://ojs.unikom.ac.id/index.php/komputa/article/view/53 pada tanggal 28 September 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ratusan Abad Perjalanan! Evolusi Teknologi Komunikasi dari Masa ke Masa

Grafik Komputer vs Pengolahan Citra